Kamis, 21 Februari 2013

Hemoptisis (Batuk Darah)

Gambar Etiologi Hemoptisis

Hemoptisis didefinisikan sebagai pengeluaran darah dari saluran nafas, spektrumnya bervariasi dari sputum yang berbercak darah sampai membatukkan darah murni. Hemoptisis masif didefinisikan sebagai pengeluaran > 100 sampai > 600 ml dalam waktu 24 jam, meskipun perkiraan pasien terhadap darah yang dikeluarkan adalah tidak sesuai kenyataan. Pengeluaran sejumlah kecil darah merupakan gejala yang menakutkan dan dapat menjadikan potensial penyakit yang serius, seperti pada karsinoma bronkogenik. Hemoptisis masif dilain pihak, dapat menimbulkan masalah yang mengancam jiwa. Darah yang banyak dapat mengisis saluran nafas dan ruang alveolar, tidak hanya serius mengganggu pertukaran gas tetapi potensi menyebabkan pasien rasa tercekik. 

Penyebab 

Karena darah murni berasal dari nasofaring atau saluran gastrointestinal dapat ditafsirkan seolah berasal dari saluran nafas bagian bawah, hal itu penting untuk memastika bahwa darah yang keluar tidak berasal dari satu atau sumber lain. Kesimpulan bahwa darah yang keluar murni berasal dari saluran gastrointestinal memberikan gambaran merah gelap dan pH yang asam, berlawanan dengan gambaran darah yang merah terang dan pH yang alkali adalah murni suatu hemoptisis. 

Arteri bronkial, yang mana merupakan bagian dari sirkulasi sistemik bertekanan tinggi, seperti juga murni dari aorta atau dari arteri interkostal dan sumber perdarahan pada bronchitis atau brokiektasis atau pada tumor endobronkial. 

Klasifikasi penyebab dari hemoptisis dapat menjadi dasar murni kelainan pada jaringan paru. Penyebab paling umum dari perdarahan saluran nafas adalah pada cabang trakeobronkial, yang mana bisa diakibatkan oleh proses inflamasi (akut atau kronik bronchitis, bronkiektasis) atau oleh neoplasma (karsinoma bronkogenik, metastase karsinoma endobronkial, atau tumor karsinoid bronkial). Darah murni berasal dari parenkim paru dapat juga berasal dari sumber yang local, seperti pada infeksi (pneumonia, abses paru, tuberkulosis), atau dari proses difus yang mempengaruhi parenkim paru (seperti pada koagulopati atau pada proses autoimun seperti pada sindrom Goodpasture’s). Gangguan primer yang mempengaruhi pembuluh darah pulmonary termasuk penyakit emboli pulmonary dan kondisi lain yang berhubungan dengan peningkatan tekanan vena dan kapilar, seperti pada stenosis mitral atau kegagalan ventrikel kiri. 

Meskipun frekuensi relatif dari penyebab yang berbeda dari hemoptisis bervariasi dari seri ke seri, studi terbaru mengindikasikan bahwa bronchitis dan karsinoma bronkogenik adalah dua penyebab yang paling umum. Walaupun frekuensi pada saluran nafas bawah dari tuberculosis dan bronkiektasis tergambar sekarang ini dibandingkan untuk seri lanjut, dua penyakit ini masih merupakan penyebab umum dari hemoptisis masif pada beberapa seri. Tetap setelah evaluasi yang luas, proporsi yang besar dari pasien (sampai 30% pada beberapa seri) tidak dapat diidentifikasi penyebab dari hemoptisisnya. Pada pasien ini diklasifikasikan sebagai idiopatik atau cryptogenic hemoptisis, dan saluran nafas yang tidak terlihat atau penyakit parenkim agaknya bertanggung jawab terhadap terjadinya perdarahan ini. 

Pendekatan pada pasien 

Riwayat penyakit mempunyai nilai yang berharga. Hemoptisis digambarkan sebagai bercak darah dari sputum yang mukopurulen atau purulen yang memberi kesan pada bronchitis. Produksi sputum yang kronik dengan perubahan yang terbaru dalam jumlah atau merupakan tanda proses eksarsebasi akut dari bronchitis kronis. Demam atau menggigil bersamaan dengan sputum purulen berbercak darah menandakan pada pneumonia, mengingat bau yang busuk dari sputum yang timbul kemungkinan terjadi pada abses paru. Ketika produksi sputum menjadi kronik dan copious, diagnosis dari bronkiektasis seharusnya perlu dipertimbangkan. Hemoptisis diikuti oleh onset yang akut dari nyeri dada pleura dan sesak merupakan tanda dari penyakit emboli paru. 

Riwayat sebelumnya atau gangguan yang bersamaan seharusnya dicari, seperti penyakit ginjal (pada sindrom Goodpasture’s atau granulomatosis Wegener’s), lupus eritomatosus (berhubungan dengan perdarahan pada paru-paru dari pneumonitis lupus), atau keganasan sebelumnya (kekambuhan kanker paru atau metastase endobronkial dari tumor primer non pulmonary). Pada pasien dengan AIDS, endobronkial atau sarcoma Kaposi’s parenkim paru seharusnya dipertimbangkan. Faktor resiko dari karsinoma bronkogenik, sebagian pada perokok dan paparan asbestosis, seharusnya dicari. Pasien seharusnya ditanyakan tentang gangguan perdarahan sebelumnya, pengobatan dengan antikoagulan, atau penggunaan dari obat yang dapat menyebabkan trombositopenia. 

Pemeriksaan fisik bisa juga digunakan untuk membantu memberikan petunjuk kearah diagnosis. Sebagai contoh, pemeriksaan paru dapat memperlihatkan adanya pleural friction rub (emboli paru), local atau difus crackles (perdarahan parenkim atau yang mendasari proses diparenkim dalam hubungannya dengan perdarahan), bukti dari obstruksi aliran udara (bronchitis kronis), atau ronki yang jelas, dengan atau tanpa wheezing atau crackles (bronkiektasis). Pemeriksaan jantung dapat memperlihatkan penemuan adanya hipertensi arteri pulmonal, stenosis mitral, atau gagal jantung. Pemeriksaan kulit bisa menemukan adanya sarcoma Kaposi’s, malformasi arteriovenous dari penyakit Osler-Rendu-Weber, atau kelainan yang memberikan kesan dari penyakit lupus eritomatosus. 

Evaluasi diagnosis dari hemoptisis dimulai dengan pemeriksaan rontgen toraks untuk melihat kelainan berupa masa, ditemukan memberikan kesan pada penyakit bronkiektasis, atau fokal atau penyakit parenkim difus (menggambarkan juga fokal atau perdarahan difus atau daerah fokal dari pneumonitis). Sebagai tambahan sering kali evaluasi skrining permulaan termasuk hitung darah lengkap, profil koagulasi, dan penilaian untuk penyakit ginjal dengan urinalisis dan pengukuran dari BUN dan kadar kreatinin. Ketika sputum didapatkan, pemeriksaan gram dan pewarnaan asam cepat (sepanjang dengan kultur yang sesuai) merupakan suatu indikasi. 

Bronkoskopi fiberoptik sebagian digunakan untuk melokalisasi daerah perdarahan dan untuk melihat lesi endobronkial. Ketika perdarahan menjadi masif, bronkoskopi rigid sering kali lebih baik untuk bronkoskopi fiberoptik Karen lebih baik untuk mengontrol jalan nafas dan mempunyai kemampuan untuk menyedot paling baik. Pada pasien dengan suspek bronkiektasis, HRCT sekarang merupakan prosedur diagnostik pilihan, menggantikan tempat bronkografi. 

Pengobatan 

Kecepatan perdarahan dan efek dari hal tersebut terhadap pertukaran gas terbatas pada penanganan yang mendesak. Ketika perdarahan yang terjadi berupa bercak darah dari sputum atau produksi sedikit darah segar, pertukaran gas biasanya dijaga; diagnosis yang sebenarnya adalah prioritas utama. Ketika hemoptisis menjadi masif dipertahankan pertukaran gas yang adekuat, mencegah perdarahan keluar yang akan mempengaruhi daerah paru, dan menghindari asfiksia merupakan prioritas utama. Menjaga pasien tetap istirahat dan sebagian menekan batuk mungkin dapat membantu meredakan perdarahan yang timbul. Jika murni dari darah diketahui dan terbatas pada satu paru, perdarahan paru seharusnya ditempatkan pada posisi tertentu, sehingga darah tidak teraspirasi kedalam daerah dijaringan paru. 

Dengan perdarahan masif, memerlukan kontrol jalan nafas dan mempertahankan secara adekuat pertukaran gas mungkin diperlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik. Pada pasien yang dalam keadaan membahayakan dari paru-paru kontralateral dari sisi perdarahan meskipun dengan posisi yang tepat, isolasi dari cabang utama kanan dan kiri bronkus dari masing-masing lainnya dapat dicapai oleh intubasi selektif dari paru-paru yang tidak berdarah (sering dengan dipandu bronkoskopi) atau khusus dengan menggunakan model endotrakeal tube lumen ganda. Pilihan yang lain meliputi insersi kateter balon melalui bronkoskop dengan visualisasi langsung dan inflasi balon untuk menutup sisi bagian bronkus yang mengalami perdarahan. Teknik ini tidak hanya mencegah aspirasi dari darah kedalam daerah yang berbahaya tetapi juga dapat mengembangkan tamponade pada sisi perdarahan dan dapat menghentikan perdarahan itu sendiri. Teknik lainnya yang tersedia untuk mengontrol secara signifikan perdarahan termasuk diantaranya laser phototherapy, elektrokauter, embolotherapy, reseksi bedah dari daerah paru yang terlibat. Pada perdarahan dari tumor endobronkial, neodymium:yttrium-aluminum-garnet(Nd:YAG) laser sering dapat digunakan untuk hemostasis sementara dengan koagulasi pada sisi perdarahan. Elektrokauter, yang mana sekarang digunakan listrik untuk penghancuran panas dari jaringan, dapat digunakan seperti untuk penanganan perdarahan dari tumor endobronkial. Embolotherapy melibatkan prosedur arteriographic dimana proksimal dari jaringan yang mengalami perdarahan dikanul, dan bahan seperti Gelfoam disuntikkan untuk menyumbat jaringan yang berdarah. Reseksi bedah adalah juga pilihan terapi untuk pengobatan kedaruratan hemoptisis yang mengancam jiwa hal itu dilakukan jika dengan tindakan lainnya gagal atau untuk elektif tetapi penanganan local dari penyakit merupakan subyek yang menyebabkan perdarahan berulang.


Related Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar