Senin, 18 Februari 2013

Metode Pembelajaran dengan Problem Based Learning di Fakultas Kedokteran UNISBA

I. Pendahuluan 
Problem-based learning (PBL) adalah sebuah strategi pembelajaran baru yang menitik beratkan pembelajaran pada mahasiswa atau dengan kata lain pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student centered learning). Sejak diperkenalkan oleh Barrows pada 1969 di Fakultas Kedokteran McMaster, Kanada, PBL telah diadopsi oleh banyak fakultas kedokteran di seluruh dunia. 
Banyak keunggulan dalam metode pembelajaran PBL seperti mendorong pembelajaran mahasiswa lebih aktif dan mendalam, pengembangan integrasi pengetahuan dasar, persiapan kemampuan lifelong learning, paparan klinis yang lebih banyak, peningkatan hubungan antar mahasiswa dan staf pengajar, dan peningkatan motivasi mahasiswa.1,2

Menurut Dolmans et al., PBL dibangun atas empat prinsip yang mendasarinya yaitu pembelajaran secara konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual.1 Pembelajaran konstruktif merupakan proses mahasiswa membangun pengetahuan yang dimilikinya secara aktif.1,3 Pembelajaran yang disebut self-directed learning adalah mahasiswa berperan aktif dalam merencanakan (planning), memantau (monitoring), dan mengevaluasi (evaluating) proses belajar.1 Pembelajaran yang kolaboratif merupakan pembelajaran dari interaksi antar individu yang dapat menimbulkan dampak positif.1,4 Pembelajaran yang kontekstual dimaksudkan bahwa suatu proses pembelajaran diharuskan dapat menggambarkan situasi dan kondisi lingkungan tempat dan waktu pengetahuan tersebut digunakan atau dengan kata lain sesuai dengan konteksnya.1,3,5

Pelaksanaan keempat prinsip pembelajaran tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing prinsip pembelajaran secara otomatis akan mempengaruhi pelaksanaan PBL. Sebagai contoh, Kaufman menyebutkan bahwa sebagian besar kontrol proses belajar berada pada mahasiswa sendiri, sehingga faktor mahasiswa menjadi sangat berpengaruh pada proses belajar dalam PBL.6 Caplow et a.l juga menjelaskan bahwa peran tutor sebagai fasilitator dan penggunaan waktu pribadi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan PBL.7 Dalam pembelajaran kolaboratif, interaksi sosial dan lingkungan sangat berperan penting dalam pembentukan serta perkembangan pengetahuan seseorang.4

Dolmans et al. merekomendasikan lebih banyak kontribusi untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai keempat teori dasar pembelajaran dalam PBL tersebut.1 Untuk itu perlu adanya penelitian yang memperdalam mengenai keempat teori dasar pembelajaran tersebut, salah satunya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran secara konstruktif, mandiri, kolaboratif, dan kontekstual dalam PBL. 

II. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada.8

Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. 

Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL) : 

1. Menurut Duch (1995), Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.9

2. Menurut Arends (Trianto, 2007), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.10

3. Menurut Glazer (2001), mengemukakan Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.11

Dari beberapa uraian mengenai pengertian Problem Based Learning (PBL) dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Problem Based Learning (PBL) adalah pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran. 

Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. 8

Model Problem Based Learning (PBL) bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model PBL diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan pengolahan informasi.8 Savery, Duffy, dan Thomas (1995) mengemukakan dua hal yang harus dijadikan pedoman dalam menyajikan permasalahan.12 Pertama, permasalahan harus sesuai dengan konsep dan prinsip yang akan dipelajari. Kedua, permasalahan yang disajikan adalah permasalahan riil, artinya masalah itu nyata ada dalam kehidupan sehari-hari siswa. 

Dalam PBL pembelajarannya lebih mengutamakan proses belajar, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa, mencapai keterampilan mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas pembelajaran. Selain itu, guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. 

III. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)
Ciri yang paling utama dari model pembelajaran PBL yaitu dimunculkannnya masalah pada awal pembelajarannya.. Menurut Arends, berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut :10

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah 

1. Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. 

2. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. 

3. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. 

4. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. 

5. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah dan guru sebagai pembuat masalah. 

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu 
Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu. 

c. Penyelidikan autentik (nyata) 
Dalam penyelidikan siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir. 

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya 
Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. 

e. Kolaboratif 
Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-sama antar siswa. 

Adapun beberapa karakteristik prosel PBL menurut Tan (Amir, 2009) diantaranya :8

a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran. 

b. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang. 

c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya. 

d. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru. 

e. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning). 

f. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. 

g. Pembelajarannya kolaboraif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi. 

Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses PBL dapat disimpulkan bahwa tiga unsur yang esensial dalam proses PBL yaitu adanya suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil. 

IV. Beberapa teori yang Melandasi Problem Based Learning (PBL)
Dalam perkembangannya, pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme, teori perkembangan kognitif, dan teori belajar penemuan Jerome Burner. 

a. Teori Belajar Konstruktivisme 

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai.10 Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesutunya sendiri, dan berusaha dengan susah payah dengan ide-idenya sendiri.10 Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan siswa menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. 

b. Teori Perkembangan Kognitif 

Teori belajar kognitif pertama kali dikenalkan oleh Piaget. Menurutnya, perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu, Nur (Trianto, 2007) berpendapat bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya beragumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.10 Menuru teori Piaget, setiap individu pada saat mulai dari bayi yang baru lahir sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. 

Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut diantaranya (Dahar, 1989) :13

1) Sensori-motor (mulai lahir-2 tahun) 

2) Pra-operasional (2-7 tahun) 

3) Operasional konkret (7-11 tahun) 

4) Operasional formal (11 tahun- dewasa) 

Teori Perkembangan Piaget, memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan memahami realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. 

c. Teori Penemuan Jerome Bruner 

Teori belajar yang paling melandasi pembelajaran PBL adalah teori belajar penemuan (discovery learning) yang dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1966. Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.13

Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melaui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimeneksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prisip-prinsip itu sendiri. 

V. Tahap-tahap dalam Problem Based Learning (PBL) 
Pelaksanaan model Problem Based Learning (PBL) terdiri dari 5 tahap proses, yaitu : 

Tahap pertama, adalah proses orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah. 

Tahap kedua, mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik kedalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. 

Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 

Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya. 

Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. 

Kelima tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan model PBL ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini 

Tahapan Pembelajaran

Kegiatan Guru
Tahap 1
Orientasi peserta didik pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
Tahap 2
Mengorganisasi peserta didik
Guru membagi siswa ke dalam kelompok, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan.

VI. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL) 
a. Kelebihan 

Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :14

1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 

2. Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa. 

3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata. 

4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBM dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya. 

5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 

6. Memberikan kesemnpatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 

7. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. 

8. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah dunia nyata. 

b. Kelemahan 

Disamping kebihan di atas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya:14

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya. 

2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. 

Daftar Pustaka 

1. Dolmans D, Grave W, Wolfhagen I, Vluten C. Problem based learning: future challanges for educational practice and research. Medical Education 2005;39:732-41. 

2. Wood DF. ABC of learning and teaching in medicine: Problem based learning. British Medical Journal 2007;326:328-30. 

3. Charlin B, Karen M, Hansen P. The many faces of problem-based learning: a framework for understanding and comparison. Medical Teacher 1998;20(4):323-30. 

4. Dillenbourg P, Baker M, Blaye A, O’Malley C. The evolution of research on collaborative learning: towards an interdisciplinary learning science. In: Spada E, Reiman P, eds. Oxford: Elsevier; 1996:189-211. 

5. Davis MH, Harden RM. AMEE Medical Education Guide No. 15: Problem-based Learning: a Practical Guide. Medical Teacher 1999;21:130-40. 

6. Kaufman DM. ABC of learning and teaching in medicine: applying educational theory in practice. BMJ 2003;326:213-6. 

7. Caplow JAH, Donaldson JF, Kardash CA, Hosokawa M. Learning in a problem-based medical curriculum: students’ conceptions. Medical Education 1997;31:440-7. 

8. Amir, Taufiq. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana; 2009. 

9. Problem Based Learning in Physics: The Power of Student Teaching. 1995. (Accessed 24 Des 2012, at http://www.udel.edu/pbl/cte/jan95-phys.html.

10. Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstuktivistik. Jakarta: Pustaka Publisher; 2007. 

11. Problem Based Instruction From Emerging Perspectives on Learning, Teaching and Technology. 2007. (Accessed 24 Des 2012, at http://www.projects.coe.uga.edu/epllt/index.php?title=Problem_Based_Instruction.

12. Problem Based Learning: An Instruction Model and Its Constructivist Framework. 1995. (Accessed 24 Des 2012, at http://www.pbli.org/pbl/pbl.html.

13. Dahar RW. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga; 1989. 

14. Sanjaya W. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, Perdana Media Group; 2009. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar