Selasa, 19 Februari 2013

Penyakit Penyerta DM dan Tatalaksananya

Dislipidemia pada Diabetes 
· Dislipidemia pada penyandang diabetes lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit kardiovaskular. 
· Perlu pemeriksaan profil lipid pada saat diagnosis diabetes ditegakkan. 

Pada pasien dewasa pemeriksaan profil lipid sedikitnya dilakukan 6 bulan sekali dan bila dianggap perlu dapat dilakukan lebih sering. Sedangkan pada pasien yang pemeriksaan profil lipid menunjukkan hasil yang baik (LDL<100mg/dL; HDL>50 mg/dL (laki-laki >40 mg/dL, wanita >50 mg/dL); trigliserid <150 mg/dL), pemeriksaan profil lipid dapat dilakukan setahun sekali. Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada penyandang diabetes adalah peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL, sedangkan kadar kolesterol LDL normal atau sedikit meningkat. 

· Perubahan perilaku yang tertuju pada pengurangan asupan kolesterol dan penggunaan lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat memperbaiki profil lemak dalam darah. 

· Dipertimbangkan untuk memberikan terapi farmakologis sedini mungkin bagi penyandang diabetes yang disertai dislipidemia 


Target terapi: Pada pasien DM, target utamanya adalah penurunan LDL 
• Pada penyandang diabetes tanpa disertai penyakit kardiovaskular: 
- LDL <100 mg/dL (2,6 mmol/L) 
- Pasien dengan usia >40 tahun, dianjurkan diberi terapi statin untuk menurunkan LDL sebesar 30-40% dari kadar awal. 
- Pasien dengan usia <40 tahun dengan risiko penyakit kardiovaskular yang gagal dengan perubahan gaya hidup, dapat diberikan terapi farmakologis 

• Pada pasien DM dengan penyakit Acute Coronary Syndrome (ACS): 
- LDL <70 mg/dL (1,8 mmol/L) 
- semua pasien diberikan terapi statin untuk menurunkan LDL sebesar 30-40%. 
- trigliserida < 150 mg/dL (1,7 mmol/L) 
- HDL > 40 mg/dL (1,15 mmol/L) untuk pria dan >50 mg/dL untuk wanita 
- Setelah target LDL terpenuhi, jika trigliserida ≥150 mg/dL (1,7 mmol/L) atau HDL ≤40 mg/dL (1,15 mmol/L) dapat diberikan niasin atau fibrat 
- Apabila trigliserida ≥400 mg/dL (4,51 mmol/L) perlu segera diturunkan dengan terapi farmakologis untuk mencegah timbulnya pankreatitis. 
- Terapi kombinasi statin dengan obat pengendali lemak yang lain mungkin diperlukan untuk mencapai target terapi, dengan memperhatikan peningkatan risiko timbulnya efek samping 
- Niasin merupakan obat yang efektif untuk meningkatkan HDL, namun pada dosis besar dapat meningkatkan kadar glukosa darah 
- Pada wanita hamil penggunaan statin merupakan kontra indikasi 

Hipertensi pada Diabetes 

Indikasi pengobatan : bila TD sistolik >130 mmHg dan/atau TD diastolik >80 mmHg. 

Sasaran (target penurunan) tekanan darah: 
· Tekanan darah <130/80 mmHg 
· Bila disertai proteinuria ≥1g/24 jam : < 125/75 mmHg 

Pengelolaan: 
Non-farmakologis: 
Modifikasi gaya hidup, antara lain: menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan merokok dan alkohol, serta mengurangi konsumsi garam 

Farmakologis: 
Obat anti hipertensi yang dapat dipergunakan: 
- Penghambat ACE 
- Penyekat reseptor angiotensin II 
- Penyekat reseptor beta selektif, dosis rendah 
- Diuretik dosis rendah 
- Penghambat reseptor alfa 
- Antagonis kalsium 

· Pada pasien dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau tekanan diastolik antara 80-89 mmHg diharuskan melakukan perubahan gaya hidup sampai 3 bulan. Bila gagal mencapai target dapat ditambahkan terapi farmakologis. 

· Pasien dengan tekanan darah sistolik >140 atau tekanan diastolik >90 mmHg, dapat diberikan terapi farmakologis secara langsung. Diberikan terapi kombinasi apabila target terapi tidak dapat dicapai dengan monoterapi. 

Obesitas pada Diabetes

· Prevalensi obesitas pada DM cukup tinggi, demikian pula kejadian DM dan gangguan toleransi glukosa pada obesitas cukup sering dijumpai 

· Obesitas, terutama obesitas sentral secara bermakna berhubungan dengan sindrom dismetabolik (dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi), yang didasari oleh resistensi insulin 

· Resistensi insulin pada diabetes dengan obesitas membutuhkan pendekatan khusus 

· Obesitas dan diabetes meningkatkan risiko kematian akibat PJK 

· Penurunan 5-10 % dari berat badan dapat memperbaiki sindrom dismetabolik dan menurunkan risiko PJK secara bermakna 

· Pengelolaan obesitas terutama ditujukan pada perubahan perilaku pola makan dan peningkatan kegiatan jasmani. Apabila tidak cukup, maka pendekatan farmakoterapi (misalnya sibutramine dan orlistat) atau terapi bedah, dapat merupakan pilihan. 

Gangguan koagulasi pada Diabete

· Terapi aspirin 75-160 mg/hari diberikan sebagai strategi pencegahan sekunder bagi penyandang diabetes dengan riwayat pernah mengalami penyakit kardiovaskular dan yang mempunyai risiko kardiovaskular lain. 

· Terapi aspirin 75-160 mg/hari digunakan sebagai strategi pencegahan primer pada penyandang diabetes tipe-2 yang merupakan faktor risiko kardiovaskular, termasuk pasien dengan usia >40 tahun yang memiliki riwayat keluarga penyakit kardiovaskular dan kebiasaan merokok, menderita hipertensi, dislipidemia, atau albuminuria 

· Aspirin dianjurkan tidak diberikan pada pasien dengan usia di bawah 21 tahun, seiring dengan peningkatan kejadian sindrom Reye 

· Terapi kombinasi aspirin dengan antiplatelet lain dapat dipertimbangkan pemberiannya pada pasien yang memiliki risiko yang sangat tinggi. 

· Penggunaan obat antiplatelet selain aspirin dapat dipertimbangkan sebagai pengganti aspirin pada pasien yang mempunyai kontra indikasi dan atau tidak tahan terhadap penggunaan aspirin.` 

Diabetes dengan Kehamilan / Diabetes Melitus Gestasional 

Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat 

(TGT, GDPT, DM) yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung. Penilaian adanya risiko DMG perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk pemeriksaan kehamilannya. Faktor risiko DMG antara lain: 

· obesitas, adanya riwayat pernah mengalami DMG, glukosuria, adanya riwayat keluarga dengan diabetes, abortus berulang, 

· adanya riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan atau melahirkan bayi dengan berat > 4000 gram, dan adanya riwayat preeklamsia. 

Pada pasien dengan risiko DMG yang jelas perlu segera dilakukan pemeriksaan glukosa 

darah. Bila didapat hasil glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL atau glukosa darah puasa ≥126 mg/dL yang sesuai dengan batas diagnosis untuk diabetes, maka perlu dilakukan pemeriksaan pada waktu yang lain untuk konfirmasi. Pasien hamil dengan TGT dan GDPT dikelola sebagai DMG. 

Diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan TTGO dilakukan dengan memberikan beban 75 gr glukosa setelah berpuasa 8 – 14 jam. Kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa, 1 jam dan 2 jam setelah beban. DMG ditegakkan apabila ditemukan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 95mg/dL, 1 jam setelah beban ≥180 mg/dL dan 2 jam setelah beban ≥155 mg/dL. Apabila hanya dapat dilakukan 1 kali pemeriksaan glukosa darah maka lakukan pemeriksaan glukosa darah 2 jam setelah pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa darah ≥155 mg/dL, sudah dapat didiagnosis sebagai DMG. 

Hasil pemeriksaan TTGO ini dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya DM pada ibu nantinya. Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara terpadu oleh spesialis penyakit dalam, spesialis obstetri ginekologi, ahli diet dan spesialis anak. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, kesakitan dan kematian perinatal. Ini hanya dapat dicapai apabila keadaan normoglikemia dapat dipertahankan selama kehamilan sampai persalinan. Sasaran normoglikemia DMG adalah kadar glukosa darah puasa ≤95 mg/dL dan 2 jam sesudah makan ≤120 mg/dL. Apabila sasaran kadar glukosa darah tidak tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani, langsung diberikan insulin. 

Diabetes pada Pengelolaan Perioperatif 

Tindakan operasi, khususnya dengan anestesi umum merupakan faktor stres pemicu terjadinya penyulit akut diabetes, oleh karena itu setiap operasi elektif pada penyandang diabetes harus dipersiapkan seoptimal mungkin (sasaran kadar glukosa darah puasa ≤150 mg/dL).


Related Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar